Mungkin relate dgn entry smlm.
Mungkin juga tidak.
So, tadi gugel jap tentang artikel kebahagiaan.
Lalu terjumpa laman web ini - BAHAGIA
Artikel ini menyatakan ada Tujuh Indikator Kebahagiaan Dunia
[ini aku ringkaskan. Kalo nak baca, terus la klik artikel yg aku link kan tu]
Ibnu Abbas ra. adalah salah seorang sahabat Nabi SAW yang sangat telaten dalam menjaga dan melayani Rasulullah SAW, dimana ia pernah secara khusus didoakan Rasulullah SAW, selain itu pada usia 9 tahun Ibnu Abbas telah hafal Al-Quran dan telah menjadi imam di mesjid. Suatu hari ia ditanya oleh para Tabi’in (generasi sesudah wafatnya Rasulullah SAW) mengenai apa yang dimaksud dengan kebahagiaan dunia. Jawab IbnuAbbas ada 7 (tujuh) indikator kebahagiaan dunia, yaitu :
Pertama, Qalbun syakirun atau hati yang selalu bersyukur.
Kedua. Al azwaju shalihah, yaitu pasangan hidup yang sholeh.
Ketiga, al auladun abrar, yaitu anak yang soleh.
Keempat, albiatu sholihah, yaitu lingkungan yang kondusif untuk iman kita.
Kelima, al malul halal, atau harta yang halal.
Keenam, Tafakuh fi dien, atau semangat untuk memahami agama.
Ketujuh, yaitu umur yang baroqah.
Dan. Mmg relate la dgn entry emosi aku smlm kan.
Amik indikator ketiga.
Ketiga, al auladun abrar, yaitu anak yang soleh.
Saat Rasulullah SAW lagi thawaf. Rasulullah SAW bertemu dengan seorang anak muda yang pundaknya lecet-lecet. Setelah selesai thawaf Rasulullah SAW bertanya kepada anak muda itu : "Kenapa pundakmu itu ?" Jawab anak muda itu : "Ya Rasulullah, saya dari Yaman, saya mempunyai seorang ibu yang sudah udzur. Saya sangat mencintai dia dan saya tidak pernah
melepaskan dia. Saya melepaskan ibu saya hanya ketika buang hajat, ketika sholat, atau ketika istirahat, selain itu sisanya saya selalu menggendongnya". Lalu anak muda itu bertanya: " Ya Rasulullah, apakah aku sudah termasuk kedalam orang yang sudah berbakti kepada orang tua
?" Nabi SAW sambil memeluk anak muda itu dan mengatakan: "Sungguh Allah ridho kepadamu, kamu anak yang soleh, anak yang berbakti, tapi anakku ketahuilah, cinta orangtuamu tidak akan terbalaskan olehmu". Dari hadist tersebut kita mendapat gambaran bahwa amal ibadah kita ternyata tidak cukup untuk membalas cinta dan kebaikan orang tua kita, namun minimal kita bisa memulainya dengan menjadi anak yang soleh, dimana doa anak yang sholeh kepada orang tuanya dijamin dikabulkan Allah. Berbahagialah kita bila memiliki anak yang sholeh.
See..ada ke dia ckp indikator kebahagiaan adalah dgn adanya anak. Dia kata "adanya anak yang soleh". So, pd insan yg mengatakan aku tak bahagia tu, aku doakan agar dia didiklah anaknya sebaik mungkin hingga menjadi anak yang soleh dan solehah. Kalo tak..ko tak dpt capai indikator kebahagiaan yg ko cakapkan tu.
Kemudian, pergi ke indikator pertama.
Pertama, Qalbun syakirun atau hati yang selalu bersyukur.
Memiliki jiwa syukur berarti selalu menerima apa adanya (qona’ah), sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stress, inilah nikmat bagi hati yang selalu bersyukur. Seorang yang pandai bersyukur sangatlah cerdas memahami sifat-sifat Allah SWT, sehingga apapun yang diberikan Allah ia malah terpesona dengan pemberian dan keputusan Allah. Bila sedang kesulitan maka ia segera ingat sabda Rasulullah SAW yaitu : "Kalau kita sedang sulit perhatikanlah orang yang lebih sulit dari kita". Bila sedang diberi kemudahan, ia bersyukur dengan memperbanyak amal ibadahnya, kemudian Allah pun akan mengujinya dengan kemudahan yang lebih besar lagi. Bila ia tetap “bandel” dengan terus bersyukur maka Allah akan mengujinya lagi dengan kemudahan yang lebih besar lagi. Maka berbahagialah orang yang pandai bersyukur!
Aku rasa aku tak perlu lah huraikan ttg artikel ni kerana sumanya lengkap disitu. Di tpt yg aku bold kan tu, tu la paling tpt utk aku pujuk hati aku. Sekiranya aku bersyukur slalu dgn apa yg Allah tentukan utk aku, aku da capai pun indikator kebahagiaan aku. Tp pada org yg mengata aku tak bahagia tu..dia patut cermin dirinya semula.
Aku rasa aku nak emel kan artikel ni pada org yg kata aku tak bahagia tu. Biar dia sedar sket.
Mungkin juga tidak.
So, tadi gugel jap tentang artikel kebahagiaan.
Lalu terjumpa laman web ini - BAHAGIA
Artikel ini menyatakan ada Tujuh Indikator Kebahagiaan Dunia
[ini aku ringkaskan. Kalo nak baca, terus la klik artikel yg aku link kan tu]
Ibnu Abbas ra. adalah salah seorang sahabat Nabi SAW yang sangat telaten dalam menjaga dan melayani Rasulullah SAW, dimana ia pernah secara khusus didoakan Rasulullah SAW, selain itu pada usia 9 tahun Ibnu Abbas telah hafal Al-Quran dan telah menjadi imam di mesjid. Suatu hari ia ditanya oleh para Tabi’in (generasi sesudah wafatnya Rasulullah SAW) mengenai apa yang dimaksud dengan kebahagiaan dunia. Jawab IbnuAbbas ada 7 (tujuh) indikator kebahagiaan dunia, yaitu :
Pertama, Qalbun syakirun atau hati yang selalu bersyukur.
Kedua. Al azwaju shalihah, yaitu pasangan hidup yang sholeh.
Ketiga, al auladun abrar, yaitu anak yang soleh.
Keempat, albiatu sholihah, yaitu lingkungan yang kondusif untuk iman kita.
Kelima, al malul halal, atau harta yang halal.
Keenam, Tafakuh fi dien, atau semangat untuk memahami agama.
Ketujuh, yaitu umur yang baroqah.
Dan. Mmg relate la dgn entry emosi aku smlm kan.
Amik indikator ketiga.
Ketiga, al auladun abrar, yaitu anak yang soleh.
Saat Rasulullah SAW lagi thawaf. Rasulullah SAW bertemu dengan seorang anak muda yang pundaknya lecet-lecet. Setelah selesai thawaf Rasulullah SAW bertanya kepada anak muda itu : "Kenapa pundakmu itu ?" Jawab anak muda itu : "Ya Rasulullah, saya dari Yaman, saya mempunyai seorang ibu yang sudah udzur. Saya sangat mencintai dia dan saya tidak pernah
melepaskan dia. Saya melepaskan ibu saya hanya ketika buang hajat, ketika sholat, atau ketika istirahat, selain itu sisanya saya selalu menggendongnya". Lalu anak muda itu bertanya: " Ya Rasulullah, apakah aku sudah termasuk kedalam orang yang sudah berbakti kepada orang tua
?" Nabi SAW sambil memeluk anak muda itu dan mengatakan: "Sungguh Allah ridho kepadamu, kamu anak yang soleh, anak yang berbakti, tapi anakku ketahuilah, cinta orangtuamu tidak akan terbalaskan olehmu". Dari hadist tersebut kita mendapat gambaran bahwa amal ibadah kita ternyata tidak cukup untuk membalas cinta dan kebaikan orang tua kita, namun minimal kita bisa memulainya dengan menjadi anak yang soleh, dimana doa anak yang sholeh kepada orang tuanya dijamin dikabulkan Allah. Berbahagialah kita bila memiliki anak yang sholeh.
See..ada ke dia ckp indikator kebahagiaan adalah dgn adanya anak. Dia kata "adanya anak yang soleh". So, pd insan yg mengatakan aku tak bahagia tu, aku doakan agar dia didiklah anaknya sebaik mungkin hingga menjadi anak yang soleh dan solehah. Kalo tak..ko tak dpt capai indikator kebahagiaan yg ko cakapkan tu.
Kemudian, pergi ke indikator pertama.
Pertama, Qalbun syakirun atau hati yang selalu bersyukur.
Memiliki jiwa syukur berarti selalu menerima apa adanya (qona’ah), sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stress, inilah nikmat bagi hati yang selalu bersyukur. Seorang yang pandai bersyukur sangatlah cerdas memahami sifat-sifat Allah SWT, sehingga apapun yang diberikan Allah ia malah terpesona dengan pemberian dan keputusan Allah. Bila sedang kesulitan maka ia segera ingat sabda Rasulullah SAW yaitu : "Kalau kita sedang sulit perhatikanlah orang yang lebih sulit dari kita". Bila sedang diberi kemudahan, ia bersyukur dengan memperbanyak amal ibadahnya, kemudian Allah pun akan mengujinya dengan kemudahan yang lebih besar lagi. Bila ia tetap “bandel” dengan terus bersyukur maka Allah akan mengujinya lagi dengan kemudahan yang lebih besar lagi. Maka berbahagialah orang yang pandai bersyukur!
Aku rasa aku tak perlu lah huraikan ttg artikel ni kerana sumanya lengkap disitu. Di tpt yg aku bold kan tu, tu la paling tpt utk aku pujuk hati aku. Sekiranya aku bersyukur slalu dgn apa yg Allah tentukan utk aku, aku da capai pun indikator kebahagiaan aku. Tp pada org yg mengata aku tak bahagia tu..dia patut cermin dirinya semula.
Aku rasa aku nak emel kan artikel ni pada org yg kata aku tak bahagia tu. Biar dia sedar sket.
PnStoberi : thanks pada yang memahami. Sgt2 menghargai segala komen2 korang..
No comments:
Post a Comment